UCAPAN dan EJAAN
A.
UCAPAN
Bahasa Indonesia bagi sebagian besar penuturnya
adalah bahasa kedua. Para penutur yang berbahasa Indonesia mereka terpengaruh
oleh bahasa daerah yang telah mereka kuasai sebelumnya. Pengaruh yang sangat
jelas ialah dalam bidang ucapan. Pengaruh dalam ucapan itu sulit untuk
dihindarkan dan menjadi ciri yang membedakan ucapan penutur bahasa Indonesia
dari daerah yang satu dengan daerah yang lain.
B.
EJAAN
1.
PENGANTAR
Ejaan
penting sekali, artinya dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa Indonesia
produktif tulis. Dalam tulis-menulis orang tidak hanya dituntut untuk dapat
menyusun kalimat dengan baik, memilih kata yang tepat, melainkan juga mengeja
kata-kata dan kalimat tersebut sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Sebelum
EYD diumumkan, dalam tulis menulis dipergunakan Ejaan Soewandi atau Ejaan
Republik. Ejaan tersebut diumumkan berlakunya terhitung mulai 19 maret 1947.
Sebelum ejaan Soewandi berlaku Ejaan Van Ophuysen yang ketentuannya dimuat
dalam Kitab Logat Melajoe yang
disusun dengan bantuan Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’Mur dan Muhammad Taib
Soetan Ibrahim. Ejaan ini dinyatakan mulai berlaku sejak tahun 1901, sebelum
ejaan Van Ophuysen berlaku dalam tulis menulis dalam bahasa Melayu, digunakan
huruf Jawi atau Arab Melayu dan juga dengan huruf Latin dengan ejaan yang tidak
teratur.
2.
PENULISAN
HURUF
a.
Penulisan
Huruf Kapital
Huruf
kapital digunakan untuk mengawali kalimat baru. Huruf kapital juga digunakan
sebagai huruf awal pada nama diri. Contohnya:
1. Valent
kuliah di Universitas Gunadarma.
2. Bahasa
Indonesia bagi sebagian penutur adalah bahasa kedua. Bahasa Indonesia mereka terpengaruh oleh bahasa daerah yang telah
mereka kuasai sebelumnya.
Huruf
kapital digunakan sebagai huruf pertama yang berhubungan dengan nama Tuhan. Huruf
kapital juga digunakan sebagai huruf pertama dalam penulisan Kitab Suci.
Contohnya:
1. Hanya
Engkaulah yang Maha Pengampun.
2. Al-Qur’an
merupakan kitab suci umat Islam.
Digunakan
dalam kaitannya dengan nama diri, gelar kehormatan, keturunan, atau keagamaan.
Contohnya:
1. Orang
itu bernama Haji Muhidin.
2. Pada
saat maulid, yang memberikan ceramah agama adalah Ust. Soleh Mahmud.
Digunakan
untuk nama jabatan apabila dikaitan dengan nama instansi atau nama daerah
sebagai pengganti nama diri. Contohnya:
1. Ahok
adalah Gubernur DKI Jakarta.
2. Ismi
adalah salah satu Asisten Lab. Akuntansi
Dasar.
Digunakan
untuk nama diri atau nama lembaga yang terdiri atas beberapa kata. Contohnya:
1. Ia
bekerja di Departemen Agama.
2. Ia
merupakan Mahasiwa Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma.
Digunakan
untuk kata-kata yang menunjukkan hubungan kekerabatan. Contohnya:
1. Paman
baru saja tiba di rumah.
2. Ibu sedang
menggoreng ayam.
Digunakan
dalam pengertian khusus. Contohnya:
1. Ia
diterima menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma tahun kuliah
2013/2014.
2. Presiden
Republik Indonesia sedang mengadakan operasi pasar, perihal kenaikan harga
beras.
b.
Huruf
Tebal dan Huruf Miring
Digunakan
untuk menulis judul buku atau nama majalah. Contohnya:
1. Adik
gemar membaca Majalah Bobo.
2. Buku
yang baru Ia beli adalah Bahasa
Indonesia.
Digunakan
pada judul naskah yang belum diterbitkan sebagai buku seperti naskah skripsi,
tesis, atau disertasi cukup ditulis dalam tanda petik (“__”) judul-judul
tersebut apabila dicetak ditulis dengan huruf miring. Contohnya:
1. Pada
penulisan PI Ia mengambil judul ”Dampak Kenaikan BBM pada kalangan mahasiswa”.
2. Pada
penulisan skripsi, Ia mengambil judul “Peranan Smartphone pada kalangan
mahasiswa”.
Judul-judul
tersebut apabila dicetak ditulis dengan huruf miring. Contohnya:
1. Pada
penulisan PI Ia mengambil judul ”Dampak
Kenaikan BBM pada kalangan mahasiswa”.
2. Pada
penulisan skripsi, Ia mengambil judul “Peranan
Smartphone pada kalangan mahasiswa”.
Judul
karangan yang dimuat dalam majalah atau dalam buku kumpulan karangan, atau
judul satu bab dari suatu buku yang harus ditulis dengan huruf miring, kalau
diketik atau ditulis tangan diantara tanda petik. Contohnya:
1. Karangan
Drs. Bambang Marhijanto yang berjudul “Bahasa Indonesia Populer” dimuat dalam
buku Kamus Lengkap Bahasa Indonesia
Populer.
2. Karangan
Djoko Kencono yang berjudul “Penyempurnaan Ejaan Bahasa Indonesia“ dimuat dalam
buku Bahasa dan Kesusastraan Indonesia
sebagai Cermin Manusia Indonesia Baru.
Huruf
miring dipergunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan kata, bagian kata atau
kelompok kata. Contohnya:
1. Huruf
pertama kata tahun adalah t.
2. Dia
bukan mencuri tetapi di curi.
Huruf
miring digunakan untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing yang belum
disesuaikan ejaannya. Contohnya:
1. Nama
ilmiah buah manggis adalah carcinia
mongostana.
2. Politik
devide et impera pernah merajalela di
negeri ini.
Dalam
beberapa buku kadang huruf tebal tidak dipergunakan dan yang dipergunakan
adalah huruf miring. Dalam hal ini huruf miring digunakan untuk judul buku dan
majalah.
3.
PENULISAN
PARTIKEL DAN AWALAN
Dalam
menulis kata-kata sesuai dengan Pedoman
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan perlu diperhatikan penulisan kata
atau partikel yang dirangkaikan dan yang tidak dirangkaikan.
Ada
kata atau awalan yang harus ditulis serangkai, yaitu adi- misalnya pada adidaya,
adikuasa, adimarga, adibusana. Juga awalan awa- pada awabau, awaair,
awawarna, awasuara. Awalan awa-
ini digunakan untuk mengindonesiakan awalan de-
pada kata-kata pinjaman dari bahasa Inggris dan Belanda seperti deodorant, dehidrasi, devoice yang
artinya ‘penghilangan’ atau ‘alat untuk menghilangkan’. Juga mala- seperti malabentuk, malapraktik, malagizi.
Kata
antara ditulis terpisah, tetapi antar- ditulis serangkai. Contohnya:
1.
Sistem pemerintahan yang dipakai antarnegara berbeda-beda.
2.
Kapal feri berlayar antarpulau-pulau.
Kata
maha apabila dirangkai dengan kata dasar ditulis serangkai. Contohnya:
1.
Hanya Tuhan yang Mahaadil.
2.
Deni masih menjadi Mahasiswa Universitas Gunadarma.
Tetapi
apabila dirangkai dengan kata bentukan tidak dirangkaikan. Contohnya:
1.
Hanya Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyanyang.
2.
Dia-lah yang Maha Pengampun.
Yang dikecualikan dari
ketentuan diatas adalah kata Maha Esa yang
meskipun kata maha itu dirangkai
dengan kata dasar, tetapi harus dipisah Ejaan yang benar menurut Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
ialah Tuhan yang Maha Esa.
Bentuk-bentuk lain yang dirangkai ialah awalan pra-, pasca-, pramu-, purna-, tuna-,
Contohnya:
1.
Sinta bekerja sebagai pramuniaga di Jakarta.
2.
Lelaki itu menderita tunarungu sejak kecil.
Kata-kata
seperti anti-, non-, sub-, poli-, ultra-,
supra-, juga ditulis serangkai dengan kata mengikuti. Contohnya:
1.
Ani menyelesaikan pendidikannya di Politeknik Negeri Jakarta.
2.
Ia menyebut bahwa ia antinarkoba.
Gabungan
dua kata yang diapit oleh awalan dan akhiran juga ditulis serangkai. Contohnya:
1.
Dina sedang menandatangani daftar kehadiran yang diberikan oleh Dosen mata
kuliah Bahasa Indonesia.
2. Ketidakhadiran
mahasiswa dalam perkuliahan mempengaruhi bobot perhitungan nilai.
Kata-kata
yang harus ditulis serangkai ialah: padahal,
daripada, barangkali, sekaligus, apabila, bilamana, jikalau, andaikata,
manakala.
4.
PENULISAN
BILANGAN
Bilangan
ada yang harus ditulis dengan angka, ada yang harus ditulis dengan huruf.
Bilangan yang menunjukkan jumlah dari satu sampai sembilan ditulis dengan
huruf, jumlah seperti “dua juta rupiah” dapat ditulis dengan huruf, kecuali di
dalam tabel atau grafik. Dalam tabel atau grafik jumlah satu sampai sembilan
ditulis dengan angka.
Disamping
itu jumlah seperti uang, luas tanah, berat suatu benda, jarak antara suatu
tempat dengan tempat lain, singkatnya jumlah yang menyatakan ukuran dengan
timbangan, selalu ditulis dengan angka, atau kadang ditulis dengan angka tetapi
juga disertai dengan huruf yang ditaruh diantara tanda kurung.
Dalam
penulisan jumlah, ukuran dan timbangan digunakan juga tanda titik dan koma.
Singkatan seperti Rp (rupiah), kg (kilogram), m (meter), lt (liter) tidak perlu
ditulis dengan tanda titik. Tanda titik digunakan pada jumlah satuan ribuan.
Bilangan
tingkat dapat dinyatakan dengan huruf, dengan angka, dan dengan huruf dan
angka. Misalnya keempat dapat ditulis keempat atau ke-4 atau IV, abad ke-18
dapat ditulis abad XVIII. Jadi awalan ke- hanya digunakan apabila dihubungkan
dengan angka Arab. Angka Romawi tanpa awalan ke- sudah menyatakan tingkat.
5.
TANDA
BACA
Ada
bermacam-macam tanda baca/pungtuasi, seperti titik (.), koma (,), titik koma
(;), titik dua (:), dan petik (“..”)
a.
Tanda
Titik (.)
Tanda
titik dipakai untuk menandai berakhirnya kalimat. Disamping itu tanda titik
digunakan sesudah nomor bab atau subbab atau bagian dari subbab.
Singkatannya
yang terdiri dari huruf-huruf kapital, seperti SMP, SMA, ABRI tidak menggunakan
titik. Singkatan dengan huruf kapital yang merupakan gelar yang diletakkan
dibelakang nama tetap menggunakan titik dibelakang tanda koma tersebut.
Contohnya:
1. Kamus
lengkap bahasa Indonesia yang dimiliki Kiki karangan Drs. Bambang Marhijanto.
2. Dosen
matakuliah Akuntansi Keuangan Menengah 1 Ibu Ayu Kartika SE.
Singkatan
yang menggunakan huruf kecil menggunakan tanda titik. Contohnya:
1. Pasien
yang dirawat di kamar nomor 10 a.n Agus Hadi.
2. Pengaruh-mempengaruhi
antara politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum dst.
Judul
bab atau judul bagian subbab perlu menggunakan titik apabila judul itu langsung
diikuti uraian yang dimulai dengan baris yang sama dengan judul subbab atau
judul bagian subbab tersebut. Contohnya:
1. Pada
penulisan sebuah makalah, subbab 1.1 Latar belakang.
2. Bagian
kesimpulan dalam sebuah makalah ditulis pada subbab 3.1 kesimpulan.
Tanda
titik juga digunakan dalam daftar pustaka yang rujukannya menggunakan sistem
rujukan tahun dan halaman. Karangan yang menggunakan rujukan pengarang atau
penyunting, antara judul buku dan kota penerbit. Contohnya:
1. Suyud
margono, S.H. Hak Kekayaan Intelektual.
Jakarta: C.V. Novindo Pustaka Mandiri.
2. Neltje
F.Katuuk. 1994. Diktat Kuliah Aspek Hukum
Dalam Bisnis. Jakarta: Gunadarma.
b.
Tanda
Koma (,)
Tanda
koma digunakan untuk menandai adanya jeda atau kesenyapan dalam suatu kalimat.
Tanda koma sering digunakan setelah seruan. Contohnya:
1. Meskipun
hujan, ia tetap pergi ke sekolah.
2. Wah,
pemandangannya indah sekali.
Tanda
koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat yang setara yang dihubungkan dengan
kata tetapi, atau melainkan. Contohnya:
1. Yang
sakit bukan dia, melainkan kakaknya.
2. Pagi
ini cerah, tetapi siang hari hujan.
Tanda
koma digunakan untuk membatasi unsur-unsur dalam suatu perincian. Contohnya:
1. Jurusan
yang terdapat pada SMK Arrahman ialah Jurusan Akuntansi, Jurusan Administrasi
Perkantoran, dan Jurusan Pemasaran.
2. Jurusan-jurusan
dalam Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma ialah Jurusan Akuntansi, dan
Jurusan Manajemen.
Tanda
koma digunakan dalam rujukan kurung atau dalam rujukan tahun dan halaman, untuk
membatasi nama akhir pengarang dengan tahun penerbit. Contohnya:
1. Bahasa
adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia (Gorys Keraf, 1997:1).
2. Bahasa
adalah sistem simbol dan tanda (Fodor, 1974).
Tanda
koma digunakan untuk membatasi kata-kata dalam kalimat petikan langsung.
Contohnya:
1. Ibu
berkata, “Adikmu belum pulang”.
2. “Saya
gembira sekali”, kata ketua RT, “desa kita akan mengadakan maulid Nabi”.
Tanda
koma digunakan untuk mengapit atau menyisipkan keterangan tambahan. Contohnya:
1. Mahasiswa
yang sudah empat tahun kuliah itu, akan di wisuda.
2. Pemuda
itu, yang sudah bertahun-tahun bekerja, sudah memiliki sebuah pertokoan.
Tanda
koma dipakai di antara nama dan alamat, bagian-bagian alamat, dan di antara
nama tempat dan wilayah suatu Negara yang ditulis secara beruntun. Contohnya:
1. Yth.
Ahmad Fakhri, S.Sos, MM., Kepala Sekolah, SMK Arrahman, Depok
2. Yth.
Heru Nurhadi, Dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, Jakarta
Tanda
koma digunakan untuk membatasi nama dan gelar yang terletak dibelakang nama, jumlah
rupiah, ketip dan sen, antara satuan dan persepuluh. Contohnya:
1. Kamus
bahasa Indonesia Populer di susun oleh Drs. Bambang Marhijanto.
2. Harga
telur 1 kg adalah Rp 20.000,00
3. Rata-rata
nilai Akuntansi Biaya adalah 9,5
c.
Titik
Koma (;)
Tanda
titik koma digunakan untuk memisahkan bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Contohnya:
1. Semua
murid diberlakukan sama; tidak ada murid yang dianakemaskan.
2. Semua
orang tua menyayangi anak-anaknya sama; tidak ada anak yang dibedakan kasih
sayangnya.
Titik
koma digunakan untuk membatasi bagian-bagian kalimat yang sudah mengandung
koma. Contohnya:
1. Di
pasar mainan itu Doni membeli mobil-mobilan, gambaran, dan kelereng; sedang Dona
membeli boneka, congklak, dan bola bekel.
2. Di
gramedia Sita membeli buku tulis, pulpen, dan kalkulator; sedang Jeni membeli
tempat pensil, penggaris, dan map.
Tanda
titik koma digunakan untuk memisahkan kalimat-kalimat dalam suatu perincian.
Contohnya:
a. Dalam
penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak
Heru Nurhadi sebagai Dosen Pendidikan Pancasila yang telah memberikan petunjuk
dan saran dalam penulisan makalah ini;
2. Orang
tua kami yang sudah menyemangati kami dalam penyusunan makalah ini;
3. Serta
teman-teman sekalian yang telah menyusun makalah ini hingga selesai.
Dalam
surat keputusan tanda titik koma banyak digunakan untuk membatasi
kalimat-kalimat. Contohnya:
1. Mengingat
bahwa:
a. Kelas
akan dipakai untuk ujian try out 1 untuk tingkat XII maka kelas X dan XI
diliburkan;
b. Anak
kelas IX akan melakukan try out 1 maka kelas VII dan VIII diliburkan;
2. Memutuskan
bahwa:
a. Ujian
Nasional berlangsung pada tanggal 14 April 2014;
b. Seluruh
tingkat X dan tingakt XI diliburkan;
d.
Titik
Dua (:)
Tanda
titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan yang lengkap dan diikuti oleh
rangkaian atau perincian. Contohnya:
1. Sekolah
Menengah Atas mempunyai dua jurusan: Jurusan IPA dan Jurusan IPS.
2. Fakultas
Ekonomi Universitas Gunadarma mempunyai dua jurusan: Jurusan Akuntansi dan
Jurusan Manajemen.
Titik
dua digunakan pada kata-kata misalnya, contohnya, dan sebagai berikut yang
diikuti perincian.
Titik
dua digunakan untuk pemerian yang berbentuk formula, misalnya pemerian suatu
organisasi. Contohnya organisasi kelas:
Ketua
Kelas : Pandu Budi Mulia
Wakil
Ketua Kelas : Muhammad Muas
Sekretaris : Sutinah
Bendahara : Novi Handani
Dalam
surat-surat undangan yang menyebutkan hari/tanggal, pukul, tempat, dan acara.
Contohnya:
Dengan
Hormat,
Kami
mengharapkan kehadiran Bapak/Ibu/Saudari/I dalam suatu acara kegiatan sekolah.
Yang
akan diselenggarakan pada:
Hari/Tanggal : Sabtu, 15 Juni 2014
Pukul : 09.00
Tempat : Aula sekolah Arrahman-Depok
Acara : Perpisahan Sekolah
Apabila
uraian diatas tidak disusun dengan formula seperti diatas, tanda titik dua
tidak perlu digunakan. Contohnya:
1. Organisasi
kelas tersebut diketuai oleh Pandu Budi Mulia, wakil ketua Muhammad Muas,
dengan sekretaris Sutinah, dan bendahara Novi Handani.
2. Kegiatan
sekolah tersebut diselenggarakan pada sabtu, 15 Juni 2014, pukul 09.00 diruang
aula Arrahman-Depok.
Tanda
titik dua digunakan untuk membatasi judul karangan dengan sub judulnya,
diantara surat dan ayat dalam kitab suci
, diantara tahun dan halaman dalam rujukan kurung antara nama kota dan nama
penerbit dalam daftar pustaka. Contohnya:
1. Ekonomi
dan koperasi: Suatu Pengantar Singkat (Ramlan, 1982:12)
2. Anjuran
berpuasa di bulan ramadhan (Qs. Al-baqarah:183)
d. Tanda
Petik (“..”)
Sebelumnya
telah disebutkan bahwa yang ditulis dengan tanda petik dalam tulisan atau
ketikan biasanya dicetak dengan huruf miring. Penggunaan tanda petik dalam
petikan langsung tidak dicetak dengan huruf miring, melainkan tetap dicetak
dengan suatu majalah pun tanda petik tetap digunakan.
e.
Tanda
Hubung (-)
Tanda
hubung digunakan untuk menghubungkan kata-kata yang diulang. Contohnya:
1. Ita
sedang jalan-jalan sore dengan temannya.
2. Ibu
sedang memetik buah-buahan di kebun.
Tanda
hubung digunakan apabila huruf-huruf dirangkaikan dengan bilangan, huruf kecil,
atau huruf kecil yang dirangkaikan dengan huruf kapital. Contohnya:
1. Tuhan
selalu mengampuni hamba-nya.
2. Ijazah
SMP-nya hilang.
Tanda
hubung juga digunakan untuk membatasi tanggal, bulan, dan tahun apabila
semuanya ditulis dengan angka. Contohnya:
1. Sinta
lahir di Bogor, 17-11-1995
2. Depok,
10-06-2013 Ia lulus SMA.
Tanda
hubung digunakan untuk menghubungkan awalan atau akhiran dalam bahasa Indonesia
yang dirangkaikan dengan kata dasar asing. Contohnya:
1. Pada
saat bermain bulu tangkis, Ia di-smash oleh lawannya.
2. Andi
sedang men-dribble bole basket.
Tanda
hubung juga digunakan untuk menandai hubungan kata-kata dalam kelompok kata
agar tidak menimbulkan tafsiran yang tidak dikehendaki. Contohnya:
1. Adik
Ani yang malas itu.
2. Temannya
Sita yang pintar itu.
Untuk
menjelaskan bahwa yang malas adalah adik Ani aka antara Adik dan Ani perlu
diberi tanda hubung. Sehingga adik-Ani yang malas itu. Kalau yang pintar itu
Sita maka yang diberi tanda hubung antara yang pintar dan Sita. Sehingga
temannya Sita-yang pintar itu.
6.
TANDA-TANDA
BACA YANG LAIN
Tanda-tanda
baca yang lain adalah tanda pisah (-), tanda elipsis (…), tanda Tanya (?),
tanda seru (!), tanda kurung (), tanda kurung siku ([]), tanda garis miring
(/), dan tanda penyingkat/apostrof (‘)
Tanda
pisah juga digunakan dalam arti “sama dengan”. Contohnya:
1. Ia
menempuh pendidikan di SMA dari tahun 2011-2013.
2. Rapat
tersebut diadakan pukul 10.00-12.00
Tanda
elips (…) digunakan untuk menandai tuturan yang terputus-putus. Contohnya:
1. Kalau
engkau tidak bisa…yah…, biarkan saya kerjakan sendiri saja.
2. Kalau
engkau kurang paham… biarkan saja jelaskan kembali.
Tanda
tanya digunakan untuk menandai kalimat tanya dan diletakkan di akhir kalimat.
Contohnya:
1. Dimana
kuliahmu?
2. Siapa
nama kedua orang tuamu?
Tanda
tanya yang ditaruh di antara tanda kurung digunakan untuk menyatakan
keragu-raguan atau kesangsian.
1. Ia
kuliah persemester sebesar tujuh juta tiga ratus rupiah (?)
2. Ia
masuk kuliah pada tahun 2013 (?)
Tanda
seru digunakan untuk menandai seruan/perintah/panggilan. Contohnya:
1. Buka
pintu itu!
2. Kemarilah
dik!
Tanda
kurung digunakan untuk mengapit penjelasan atau keterangan. Contohnya:
1. Angel
sedang menyusun PI (Penulisan Ilmiah).
2. Ia
sedang mendaftarkan diri untuk mengikuti UM (Ujian Mandiri).
Tanda
kurung digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan merupakan
bagian yang pokok dari pembicaraan. Contohnya:
1. Keterangan
ini (lihat table 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam pemasaran dalam
negeri.
2. Hasil
ini (lihat table t) akan dibandingkan dengan hasil hitung t.
Tanda
kurung digunakan untuk mengapit angka atau huruf yang merinci keterangan.
Contohnya:
1. Faktor
yang mempengaruhi pelatihan (a) dukungan manajemen puncak, (b) kemajuan
teknologi, (c) kompleksitas organisasi, (d) gaya belajar.
2. Pelatihan
dilakukan karyawan untuk (1) memberikan keterampilan dan pengetahuan, (2)
meningkatkan moral karyawan, (3) memperbaiki kinerja, (4) peningkatan karier.
Tanda
kurung siku digunakan sebagai tanda koreksi bahwa dalam naskah itu terdapat huruf,
kata, atau kelompok kata yang ditulis di antara tanda kurung siku tersebut.
1. Si
Beni men[d]engar bunyi gemericik
2. Si
Tia me[l]ihat kucing berantem.
Tanda
kurung siku digunakan juga untuk memberi tanda kurung didalam bagian kalimat
yang sudah menggunakan tanda kurung. Contohnya:
1. Persamaan
kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab 11 [lihat halaman
25-38] tidak dibicarakan) perlu dibentangkan di sini.
Tanda
garis miring digunakan dalam penomeran surat. Contohnya:
1. No:
8/ADM08/k/93
2. No:
10/UAS02/uj/13
Tanda
garis miring dalam alamat untuk membatasi antara gang dengan nomor. Contohnya:
1. Rumahnya
beralamat di Jalan rawasari 2/105
2. Rumah
neneknya beralamat di Jl. Erlangga 8/20
Tanda
garis miring digunakan untuk menunjukkan tahun anggaran atau tahun kuliah.
Contohnya:
1. Ia
kuliah tahun 2013/2014
2. Ia
lulusan SMA tahun 2012/2013
Tanda
garis miring juga digunakan untuk tiap-tiap atau per. Contohnya:
1. Setiap
hari senin Ia membayar uang kas sebesar Rp 5.000/minggu.
2. Patungan
dalam pembuatan makalah sebesar Rp 3000/orang.
Tanda
penyingkat atau apostrof (‘) digunakan untuk menunjukkan adanya bagian-bagian
yang dilesapkan. Contohnya:
1. Rumah
yang megah ‘kan ku tempati (‘kan=akan)
2. Ia
bekerja pada bulan Januari ’11 (‘11=2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar