Jumat, 03 April 2015

Ucapan dan Ejaan

UCAPAN dan EJAAN

A.    UCAPAN
Bahasa Indonesia bagi sebagian besar penuturnya adalah bahasa kedua. Para penutur yang berbahasa Indonesia mereka terpengaruh oleh bahasa daerah yang telah mereka kuasai sebelumnya. Pengaruh yang sangat jelas ialah dalam bidang ucapan. Pengaruh dalam ucapan itu sulit untuk dihindarkan dan menjadi ciri yang membedakan ucapan penutur bahasa Indonesia dari daerah yang satu dengan daerah yang lain.

B.     EJAAN
1.      PENGANTAR
Ejaan penting sekali, artinya dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa Indonesia produktif tulis. Dalam tulis-menulis orang tidak hanya dituntut untuk dapat menyusun kalimat dengan baik, memilih kata yang tepat, melainkan juga mengeja kata-kata dan kalimat tersebut sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Sebelum EYD diumumkan, dalam tulis menulis dipergunakan Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik. Ejaan tersebut diumumkan berlakunya terhitung mulai 19 maret 1947. Sebelum ejaan Soewandi berlaku Ejaan Van Ophuysen yang ketentuannya dimuat dalam Kitab Logat Melajoe yang disusun dengan bantuan Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’Mur dan Muhammad Taib Soetan Ibrahim. Ejaan ini dinyatakan mulai berlaku sejak tahun 1901, sebelum ejaan Van Ophuysen berlaku dalam tulis menulis dalam bahasa Melayu, digunakan huruf Jawi atau Arab Melayu dan juga dengan huruf Latin dengan ejaan yang tidak teratur.

2.      PENULISAN HURUF
a.      Penulisan Huruf Kapital
Huruf kapital digunakan untuk mengawali kalimat baru. Huruf kapital juga digunakan sebagai huruf awal pada nama diri. Contohnya:
1.      Valent kuliah di Universitas Gunadarma.
2.  Bahasa Indonesia bagi sebagian penutur adalah bahasa kedua. Bahasa Indonesia mereka terpengaruh oleh bahasa daerah yang telah mereka kuasai sebelumnya.

Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama yang berhubungan dengan nama Tuhan. Huruf kapital juga digunakan sebagai huruf pertama dalam penulisan Kitab Suci. Contohnya:
1.      Hanya Engkaulah yang Maha Pengampun.
2.      Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam.

Digunakan dalam kaitannya dengan nama diri, gelar kehormatan, keturunan, atau keagamaan. Contohnya:
1.      Orang itu bernama Haji Muhidin.
2.   Pada saat maulid, yang memberikan ceramah agama adalah Ust. Soleh Mahmud.

Digunakan untuk nama jabatan apabila dikaitan dengan nama instansi atau nama daerah sebagai pengganti nama diri. Contohnya:
1.      Ahok adalah Gubernur DKI Jakarta.
2.      Ismi adalah salah satu Asisten Lab. Akuntansi Dasar.

Digunakan untuk nama diri atau nama lembaga yang terdiri atas beberapa kata. Contohnya:
1.      Ia bekerja di Departemen Agama.
2.      Ia merupakan Mahasiwa Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.

Digunakan untuk kata-kata yang menunjukkan hubungan kekerabatan. Contohnya:
1.      Paman baru saja tiba di rumah.
2.      Ibu sedang menggoreng ayam.
Digunakan dalam pengertian khusus. Contohnya:
1.  Ia diterima menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma tahun kuliah 2013/2014.
2.  Presiden Republik Indonesia sedang mengadakan operasi pasar, perihal kenaikan harga beras.

b.      Huruf Tebal dan Huruf Miring
Digunakan untuk menulis judul buku atau nama majalah. Contohnya:
1.      Adik gemar membaca Majalah Bobo.
2.      Buku yang baru Ia beli adalah Bahasa Indonesia.

Digunakan pada judul naskah yang belum diterbitkan sebagai buku seperti naskah skripsi, tesis, atau disertasi cukup ditulis dalam tanda petik (“__”) judul-judul tersebut apabila dicetak ditulis dengan huruf miring. Contohnya:
1.   Pada penulisan PI Ia mengambil judul ”Dampak Kenaikan BBM pada kalangan mahasiswa”.
2.   Pada penulisan skripsi, Ia mengambil judul “Peranan Smartphone pada kalangan mahasiswa”.

Judul-judul tersebut apabila dicetak ditulis dengan huruf miring. Contohnya:
1.   Pada penulisan PI Ia mengambil judul ”Dampak Kenaikan BBM pada kalangan mahasiswa”.
2.    Pada penulisan skripsi, Ia mengambil judul “Peranan Smartphone pada kalangan mahasiswa”.

Judul karangan yang dimuat dalam majalah atau dalam buku kumpulan karangan, atau judul satu bab dari suatu buku yang harus ditulis dengan huruf miring, kalau diketik atau ditulis tangan diantara tanda petik. Contohnya:
1.  Karangan Drs. Bambang Marhijanto yang berjudul “Bahasa Indonesia Populer” dimuat dalam buku Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Populer.
2.  Karangan Djoko Kencono yang berjudul “Penyempurnaan Ejaan Bahasa Indonesia“ dimuat dalam buku Bahasa dan Kesusastraan Indonesia sebagai Cermin Manusia Indonesia Baru.

Huruf miring dipergunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan kata, bagian kata atau kelompok kata. Contohnya:
1.      Huruf pertama kata tahun adalah t.
2.      Dia bukan mencuri tetapi di curi.

Huruf miring digunakan untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing yang belum disesuaikan ejaannya. Contohnya:
1.      Nama ilmiah buah manggis adalah carcinia mongostana.
2.      Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.

Dalam beberapa buku kadang huruf tebal tidak dipergunakan dan yang dipergunakan adalah huruf miring. Dalam hal ini huruf miring digunakan untuk judul buku dan majalah.

3.      PENULISAN PARTIKEL DAN AWALAN
Dalam menulis kata-kata sesuai dengan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan perlu diperhatikan penulisan kata atau partikel yang dirangkaikan dan yang tidak dirangkaikan.
Ada kata atau awalan yang harus ditulis serangkai, yaitu adi- misalnya pada adidaya, adikuasa, adimarga, adibusana. Juga awalan awa- pada awabau, awaair, awawarna, awasuara. Awalan awa- ini digunakan untuk mengindonesiakan awalan de- pada kata-kata pinjaman dari bahasa Inggris dan Belanda seperti deodorant, dehidrasi, devoice yang artinya ‘penghilangan’ atau ‘alat untuk menghilangkan’. Juga mala- seperti malabentuk, malapraktik, malagizi.

Kata antara ditulis terpisah, tetapi antar- ditulis serangkai. Contohnya:
1.     Sistem pemerintahan yang dipakai antarnegara berbeda-beda.
2.    Kapal feri berlayar antarpulau-pulau.

Kata maha apabila dirangkai dengan kata dasar ditulis serangkai. Contohnya:
1.     Hanya Tuhan yang Mahaadil.
2.    Deni masih menjadi Mahasiswa Universitas Gunadarma.

Tetapi apabila dirangkai dengan kata bentukan tidak dirangkaikan. Contohnya:
1.     Hanya Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang.
2.    Dia-lah yang Maha Pengampun.
Yang dikecualikan dari ketentuan diatas adalah kata Maha Esa yang meskipun kata maha itu dirangkai dengan kata dasar, tetapi harus dipisah Ejaan yang benar menurut Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ialah Tuhan yang Maha Esa.

            Bentuk-bentuk lain yang dirangkai ialah awalan pra-, pasca-, pramu-, purna-, tuna-, Contohnya:
1.     Sinta bekerja sebagai pramuniaga di Jakarta.
2.    Lelaki itu menderita tunarungu sejak kecil.

Kata-kata seperti anti-, non-, sub-, poli-, ultra-, supra-, juga ditulis serangkai dengan kata mengikuti. Contohnya:
1.     Ani menyelesaikan pendidikannya di Politeknik Negeri Jakarta.
2.    Ia menyebut bahwa ia antinarkoba.

Gabungan dua kata yang diapit oleh awalan dan akhiran juga ditulis serangkai. Contohnya:
1.     Dina sedang menandatangani daftar kehadiran yang diberikan oleh Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia.
2. Ketidakhadiran mahasiswa dalam perkuliahan mempengaruhi bobot perhitungan nilai.

Kata-kata yang harus ditulis serangkai ialah: padahal, daripada, barangkali, sekaligus, apabila, bilamana, jikalau, andaikata, manakala.

4.      PENULISAN BILANGAN
Bilangan ada yang harus ditulis dengan angka, ada yang harus ditulis dengan huruf. Bilangan yang menunjukkan jumlah dari satu sampai sembilan ditulis dengan huruf, jumlah seperti “dua juta rupiah” dapat ditulis dengan huruf, kecuali di dalam tabel atau grafik. Dalam tabel atau grafik jumlah satu sampai sembilan ditulis dengan angka.
Disamping itu jumlah seperti uang, luas tanah, berat suatu benda, jarak antara suatu tempat dengan tempat lain, singkatnya jumlah yang menyatakan ukuran dengan timbangan, selalu ditulis dengan angka, atau kadang ditulis dengan angka tetapi juga disertai dengan huruf yang ditaruh diantara tanda kurung.
Dalam penulisan jumlah, ukuran dan timbangan digunakan juga tanda titik dan koma. Singkatan seperti Rp (rupiah), kg (kilogram), m (meter), lt (liter) tidak perlu ditulis dengan tanda titik. Tanda titik digunakan pada jumlah satuan ribuan.
Bilangan tingkat dapat dinyatakan dengan huruf, dengan angka, dan dengan huruf dan angka. Misalnya keempat dapat ditulis keempat atau ke-4 atau IV, abad ke-18 dapat ditulis abad XVIII. Jadi awalan ke- hanya digunakan apabila dihubungkan dengan angka Arab. Angka Romawi tanpa awalan ke- sudah menyatakan tingkat.

5.      TANDA BACA
Ada bermacam-macam tanda baca/pungtuasi, seperti titik (.), koma (,), titik koma (;), titik dua (:), dan petik (“..”)
a.      Tanda Titik (.)
Tanda titik dipakai untuk menandai berakhirnya kalimat. Disamping itu tanda titik digunakan sesudah nomor bab atau subbab atau bagian dari subbab.
Singkatannya yang terdiri dari huruf-huruf kapital, seperti SMP, SMA, ABRI tidak menggunakan titik. Singkatan dengan huruf kapital yang merupakan gelar yang diletakkan dibelakang nama tetap menggunakan titik dibelakang tanda koma tersebut. Contohnya:
1.    Kamus lengkap bahasa Indonesia yang dimiliki Kiki karangan Drs. Bambang Marhijanto.
2.    Dosen matakuliah Akuntansi Keuangan Menengah 1 Ibu Ayu Kartika SE.

Singkatan yang menggunakan huruf kecil menggunakan tanda titik. Contohnya:
1.      Pasien yang dirawat di kamar nomor 10 a.n Agus Hadi.
2.  Pengaruh-mempengaruhi antara politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum dst.

Judul bab atau judul bagian subbab perlu menggunakan titik apabila judul itu langsung diikuti uraian yang dimulai dengan baris yang sama dengan judul subbab atau judul bagian subbab tersebut. Contohnya:
1.      Pada penulisan sebuah makalah, subbab 1.1 Latar belakang.
2.   Bagian kesimpulan dalam sebuah makalah ditulis pada subbab 3.1 kesimpulan.

Tanda titik juga digunakan dalam daftar pustaka yang rujukannya menggunakan sistem rujukan tahun dan halaman. Karangan yang menggunakan rujukan pengarang atau penyunting, antara judul buku dan kota penerbit. Contohnya:
1.     Suyud margono, S.H. Hak Kekayaan Intelektual. Jakarta: C.V. Novindo Pustaka Mandiri.
2.   Neltje F.Katuuk. 1994. Diktat Kuliah Aspek Hukum Dalam Bisnis. Jakarta: Gunadarma.

b.      Tanda Koma (,)
Tanda koma digunakan untuk menandai adanya jeda atau kesenyapan dalam suatu kalimat. Tanda koma sering digunakan setelah seruan. Contohnya:
1.      Meskipun hujan, ia tetap pergi ke sekolah.
2.      Wah, pemandangannya indah sekali.

Tanda koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat yang setara yang dihubungkan dengan kata tetapi, atau melainkan. Contohnya:
1.      Yang sakit bukan dia, melainkan kakaknya.
2.      Pagi ini cerah, tetapi siang hari hujan.

Tanda koma digunakan untuk membatasi unsur-unsur dalam suatu perincian. Contohnya:
1.    Jurusan yang terdapat pada SMK Arrahman ialah Jurusan Akuntansi, Jurusan Administrasi Perkantoran, dan Jurusan Pemasaran.
2.  Jurusan-jurusan dalam Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma ialah Jurusan Akuntansi, dan Jurusan Manajemen.

Tanda koma digunakan dalam rujukan kurung atau dalam rujukan tahun dan halaman, untuk membatasi nama akhir pengarang dengan tahun penerbit. Contohnya:
1.  Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Gorys Keraf, 1997:1).
2.      Bahasa adalah sistem simbol dan tanda (Fodor, 1974).

Tanda koma digunakan untuk membatasi kata-kata dalam kalimat petikan langsung. Contohnya:
1.      Ibu berkata, “Adikmu belum pulang”.
2.      “Saya gembira sekali”, kata ketua RT, “desa kita akan mengadakan maulid Nabi”.

Tanda koma digunakan untuk mengapit atau menyisipkan keterangan tambahan. Contohnya:
1.      Mahasiswa yang sudah empat tahun kuliah itu, akan di wisuda.
2.  Pemuda itu, yang sudah bertahun-tahun bekerja, sudah memiliki sebuah pertokoan.

Tanda koma dipakai di antara nama dan alamat, bagian-bagian alamat, dan di antara nama tempat dan wilayah suatu Negara yang ditulis secara beruntun. Contohnya:
1.    Yth. Ahmad Fakhri, S.Sos, MM., Kepala Sekolah, SMK Arrahman, Depok
2. Yth. Heru Nurhadi, Dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, Jakarta

Tanda koma digunakan untuk membatasi nama dan gelar yang terletak dibelakang nama, jumlah rupiah, ketip dan sen, antara satuan dan persepuluh. Contohnya:
1.  Kamus bahasa Indonesia Populer di susun oleh Drs. Bambang Marhijanto.
2.      Harga telur 1 kg adalah Rp 20.000,00
3.      Rata-rata nilai Akuntansi Biaya adalah 9,5

c.       Titik Koma (;)
Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan bagian kalimat yang sejenis dan setara. Contohnya:
1. Semua murid diberlakukan sama; tidak ada murid yang dianakemaskan.
2.    Semua orang tua menyayangi anak-anaknya sama; tidak ada anak yang dibedakan kasih sayangnya.

Titik koma digunakan untuk membatasi bagian-bagian kalimat yang sudah mengandung koma. Contohnya:
1.   Di pasar mainan itu Doni membeli mobil-mobilan, gambaran, dan kelereng; sedang Dona membeli boneka, congklak, dan bola bekel.
2.      Di gramedia Sita membeli buku tulis, pulpen, dan kalkulator; sedang Jeni membeli tempat pensil, penggaris, dan map.

Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan kalimat-kalimat dalam suatu perincian. Contohnya:
a. Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.    Bapak Heru Nurhadi sebagai Dosen Pendidikan Pancasila yang telah memberikan petunjuk dan saran dalam penulisan makalah ini;
2.  Orang tua kami yang sudah menyemangati kami dalam penyusunan makalah ini;
3.      Serta teman-teman sekalian yang telah menyusun makalah ini hingga selesai.

Dalam surat keputusan tanda titik koma banyak digunakan untuk membatasi kalimat-kalimat. Contohnya:
1.      Mengingat bahwa:
a.    Kelas akan dipakai untuk ujian try out 1 untuk tingkat XII maka kelas X dan XI diliburkan;
b.    Anak kelas IX akan melakukan try out 1 maka kelas VII dan VIII diliburkan;

2.      Memutuskan bahwa:
a.       Ujian Nasional berlangsung pada tanggal 14 April 2014;
b.      Seluruh tingkat X dan tingakt XI diliburkan;

d.      Titik Dua (:)
Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan yang lengkap dan diikuti oleh rangkaian atau perincian. Contohnya:
1.    Sekolah Menengah Atas mempunyai dua jurusan: Jurusan IPA dan Jurusan IPS.
2.    Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma mempunyai dua jurusan: Jurusan Akuntansi dan Jurusan Manajemen.

Titik dua digunakan pada kata-kata misalnya, contohnya, dan sebagai berikut yang diikuti perincian.
Titik dua digunakan untuk pemerian yang berbentuk formula, misalnya pemerian suatu organisasi. Contohnya organisasi kelas:
Ketua Kelas                : Pandu Budi Mulia
Wakil Ketua Kelas      : Muhammad Muas
Sekretaris                    : Sutinah
Bendahara                   : Novi Handani

Dalam surat-surat undangan yang menyebutkan hari/tanggal, pukul, tempat, dan acara. Contohnya:
Dengan Hormat,
Kami mengharapkan kehadiran Bapak/Ibu/Saudari/I dalam suatu acara kegiatan sekolah.
Yang akan diselenggarakan pada:
Hari/Tanggal   : Sabtu, 15 Juni 2014
Pukul              : 09.00
Tempat           : Aula sekolah Arrahman-Depok
Acara             : Perpisahan Sekolah

Apabila uraian diatas tidak disusun dengan formula seperti diatas, tanda titik dua tidak perlu digunakan. Contohnya:
1.   Organisasi kelas tersebut diketuai oleh Pandu Budi Mulia, wakil ketua Muhammad Muas, dengan sekretaris Sutinah, dan bendahara Novi Handani.
2.    Kegiatan sekolah tersebut diselenggarakan pada sabtu, 15 Juni 2014, pukul 09.00 diruang aula Arrahman-Depok.

Tanda titik dua digunakan untuk membatasi judul karangan dengan sub judulnya, diantara surat  dan ayat dalam kitab suci , diantara tahun dan halaman dalam rujukan kurung antara nama kota dan nama penerbit dalam daftar pustaka. Contohnya:
1.      Ekonomi dan koperasi: Suatu Pengantar Singkat (Ramlan, 1982:12)
2.      Anjuran berpuasa di bulan ramadhan (Qs. Al-baqarah:183)

d.   Tanda Petik (“..”)
Sebelumnya telah disebutkan bahwa yang ditulis dengan tanda petik dalam tulisan atau ketikan biasanya dicetak dengan huruf miring. Penggunaan tanda petik dalam petikan langsung tidak dicetak dengan huruf miring, melainkan tetap dicetak dengan suatu majalah pun tanda petik tetap digunakan.

e.       Tanda Hubung (-)
Tanda hubung digunakan untuk menghubungkan kata-kata yang diulang. Contohnya:
1.      Ita sedang jalan-jalan sore dengan temannya.
2.      Ibu sedang memetik buah-buahan di kebun.
Tanda hubung digunakan apabila huruf-huruf dirangkaikan dengan bilangan, huruf kecil, atau huruf kecil yang dirangkaikan dengan huruf kapital. Contohnya:
1.      Tuhan selalu mengampuni hamba-nya.
2.      Ijazah SMP-nya hilang.

Tanda hubung juga digunakan untuk membatasi tanggal, bulan, dan tahun apabila semuanya ditulis dengan angka. Contohnya:
1.      Sinta lahir di Bogor, 17-11-1995
2.      Depok, 10-06-2013 Ia lulus SMA.

Tanda hubung digunakan untuk menghubungkan awalan atau akhiran dalam bahasa Indonesia yang dirangkaikan dengan kata dasar asing. Contohnya:
1.      Pada saat bermain bulu tangkis, Ia di-smash oleh lawannya.
2.      Andi sedang men-dribble bole basket.

Tanda hubung juga digunakan untuk menandai hubungan kata-kata dalam kelompok kata agar tidak menimbulkan tafsiran yang tidak dikehendaki. Contohnya:
1.      Adik Ani yang malas itu.
2.      Temannya Sita yang pintar itu.
Untuk menjelaskan bahwa yang malas adalah adik Ani aka antara Adik dan Ani perlu diberi tanda hubung. Sehingga adik-Ani yang malas itu. Kalau yang pintar itu Sita maka yang diberi tanda hubung antara yang pintar dan Sita. Sehingga temannya Sita-yang pintar itu.

6.      TANDA-TANDA BACA YANG LAIN
Tanda-tanda baca yang lain adalah tanda pisah (-), tanda elipsis (…), tanda Tanya (?), tanda seru (!), tanda kurung (), tanda kurung siku ([]), tanda garis miring (/), dan tanda penyingkat/apostrof (‘)
Tanda pisah juga digunakan dalam arti “sama dengan”. Contohnya:
1.      Ia menempuh pendidikan di SMA dari tahun 2011-2013.
2.      Rapat tersebut diadakan pukul 10.00-12.00

Tanda elips (…) digunakan untuk menandai tuturan yang terputus-putus. Contohnya:
1.      Kalau engkau tidak bisa…yah…, biarkan saya kerjakan sendiri saja.
2.      Kalau engkau kurang paham… biarkan saja jelaskan kembali.

Tanda tanya digunakan untuk menandai kalimat tanya dan diletakkan di akhir kalimat. Contohnya:
1.      Dimana kuliahmu?
2.      Siapa nama kedua orang tuamu?

Tanda tanya yang ditaruh di antara tanda kurung digunakan untuk menyatakan keragu-raguan atau kesangsian.
1.      Ia kuliah persemester sebesar tujuh juta tiga ratus rupiah (?)
2.      Ia masuk kuliah pada tahun 2013 (?)

Tanda seru digunakan untuk menandai seruan/perintah/panggilan. Contohnya:
1.      Buka pintu itu!
2.      Kemarilah dik!

Tanda kurung digunakan untuk mengapit penjelasan atau keterangan. Contohnya:
1.      Angel sedang menyusun PI (Penulisan Ilmiah).
2.      Ia sedang mendaftarkan diri untuk mengikuti UM (Ujian Mandiri).

Tanda kurung digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan merupakan bagian yang pokok dari pembicaraan. Contohnya:
1.      Keterangan ini (lihat table 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam pemasaran dalam negeri.
2.      Hasil ini (lihat table t) akan dibandingkan dengan hasil hitung t.

Tanda kurung digunakan untuk mengapit angka atau huruf yang merinci keterangan. Contohnya:
1.      Faktor yang mempengaruhi pelatihan (a) dukungan manajemen puncak, (b) kemajuan teknologi, (c) kompleksitas organisasi, (d) gaya belajar.
2.  Pelatihan dilakukan karyawan untuk (1) memberikan keterampilan dan pengetahuan, (2) meningkatkan moral karyawan, (3) memperbaiki kinerja, (4) peningkatan karier.

Tanda kurung siku digunakan sebagai tanda koreksi bahwa dalam naskah itu terdapat huruf, kata, atau kelompok kata yang ditulis di antara tanda kurung siku tersebut.
1.      Si Beni men[d]engar bunyi gemericik
2.      Si Tia me[l]ihat kucing berantem.

Tanda kurung siku digunakan juga untuk memberi tanda kurung didalam bagian kalimat yang sudah menggunakan tanda kurung. Contohnya:
1.      Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab 11 [lihat halaman 25-38] tidak dibicarakan) perlu dibentangkan di sini.

Tanda garis miring digunakan dalam penomeran surat. Contohnya:
1.      No: 8/ADM08/k/93
2.      No: 10/UAS02/uj/13

Tanda garis miring dalam alamat untuk membatasi antara gang dengan nomor. Contohnya:
1.      Rumahnya beralamat di Jalan rawasari 2/105
2.      Rumah neneknya beralamat di Jl. Erlangga 8/20

Tanda garis miring digunakan untuk menunjukkan tahun anggaran atau tahun kuliah. Contohnya:
1.      Ia kuliah tahun 2013/2014
2.      Ia lulusan SMA tahun 2012/2013

Tanda garis miring juga digunakan untuk tiap-tiap atau per. Contohnya:
1.      Setiap hari senin Ia membayar uang kas sebesar Rp 5.000/minggu.
2.      Patungan dalam pembuatan makalah sebesar Rp 3000/orang.

Tanda penyingkat atau apostrof (‘) digunakan untuk menunjukkan adanya bagian-bagian yang dilesapkan. Contohnya:
1.      Rumah yang megah ‘kan ku tempati (‘kan=akan)
2.      Ia bekerja pada bulan Januari ’11 (‘11=2011)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar