Rabu, 06 Januari 2016

Ondel-ondel Betawi



Siapa yang tidak kenal dengan ondel-ondel yang muncul ketika perayaan hari jadi Jakarta. Sosoknya yang unik membuat acara Hari Ulang tahun Jakarta semakin meriah. Ondel-ondel pun bisa di bilang sebagai maskotnya kota Jakarta, meskipun perkembangan jaman yang sudah modern sosok ini tidak akan pernah lekang oleh waktu, setiap warga Jakarta selalu menunggu kehadirannya.
Boneka ondel-ondel ini sebenarnya terbuat dari kertas dengan ukuran tingginya sekitar dua setengah meter. Bentuknya yang berwarna-warni serta selalu tampil berpasangan. Kerangka ondel-ondel ini terbuat dari anyaman bambu sehingga ringan untuk di pikul. Bagian kepalanya dibuat topeng, sedangkan rambutnya terbuat dari ijuk yang di balut dengan kertas berwarna-warni sehingga mirip dengan rambut.
Tak hanya kota Jakarta saja yang mempunyai sejarah, namun ondel-ondel ini pun memiliki riwayat sejarahnya. Konon boneka raksasa itu dahulunya sering diarak keliling kampung oleh warga Betawi. Ternyata awalnya ondel-ondel disebut Barongan, namun tak ada yang tahu pasti arti kata tersebut. Mungkin berasal dari kata Barongan yang berarti bareng-bareng atau sama-sama. Sebutan itu sebenarnya dari kalimat ajakan dalam logat Betawi “nyok, kite ngarak bareng-bareng”. Sejak kapan kemunculannya ondel-ondel? Namun yang jelas boneka raksasa ini sudah ada sejak atau bahkan jauh sebelum Vereenigde Oostindische Compagnie masuk ke Nusantara.
W. Scot, seorang pedagang asal Inggris mencatat dalam bukunya, jenis boneka seperti ondel-ondel sudah ada pada tahun 1605. Namun, karena perbedaan kultur dan budaya, Scot melihat tradisi Betawi terlihat asing dimatanya, sehingga bentuk penyampaian lisan maupun tulisan hanya berupa gambaran-gambaran secara kasat mata saja dan mengambil istilah-isilah yang relevan dengan bahasa bangsanya.
Seorang asal Amerika bernama E.R. Schidmore yang datang di Batavia pada penghhujung abad ke 19, melaporkan dalam bukunya, “Java, The Garden of The East”, tentang adanya pertunjukan seni di Betawi berupa tari-tarian di jalanan, karena perbedaan latar budaya dan tradisi alhasil Schidmore tidak menyebut secara jelas apa jenis tarian yang bermain di jalanan itu. Namun dapat di perkirakan bahwa kesenian itu adalah ondel-ondel, mengingat tarian itu bermain di jalanan.
Dulunya sebelum dipertunjukan ondel-ondel biasanya minta madat, namun karena madat atau ganja dilarang sebagai gantinya ondel-ondel di kasih rokok lisong, dengan cara ditempelkan di mulutnya. Ondel-ondel juga sering digunakan untuk menolak bala atau roh jahat. Menurut kepercayaan orang-orang Betawi wabah seperti misalnya cacar akan hilang setelah orang-orang mengarak ondel-ondel keliling kampung.
Berkaitan dengan fungsinya, pembuatan ondel-ondel biasanya melalui proses ritual tertentu. Sebelum proses pembuatan dimulai, pengrajin ondel-ondel akan menyediakan aneka sesaji berupa kemenyan, kembang tujuh rupa dan bubur sumsum. Hal itu dilakukan dengan tujuan agar pembuatan ondel-ondel berjalan lancar dan roh yang bersemayam di boneka adalah roh baik.
Pembuatan ondel-ondel dengan menerapkan ritual seperti itu masih berlangsung hingga 1980-an. Namun setelah masa itu, proses ritual tersebut mulai di tinggalkan sejalan dengan bergesernya fungsi ondel-ondel. Seiring dengan perkembangan zaman, ondel-ondel digunakan untuk menambah semarak pesta-pesta rakyat, hajatan perkawinan atau khitanan, serta untuk penyambutan tamu kehormatan, semisal pada peresmian gedung yang baru selesai di bangun.
Ketika masa kepemimpinan gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin (1966-1977), ondel-ondel di jadikan sebagai boneka seni khas Betawi. Ondel-ondel juga menjadi seni pertunjukan rakyat yang menghibur. Ketika melakukan pertunjukan, dengan menggoyang-goyangkan badan dan kepala yang menoleh ke kiri dan ke kanan, ondel-ondel sering kali diiringi musik khas betawi seperti tanjidor, pencak betawi, bende, ningnong, rebana, dan ketimpring.
Ketika wajah kota jakarta berubah menjadi lebih modern sekitar 1960-an hingga kini, wajah boneka raksasa itu tampilannya tidak lagi seram dan berbau mistis. Wajah dan gambaran dari ondel-ondel masa kini tampak lebih manis dan bersahabat. Hal itu sejalan dengan fungsi ondel-ondel yang berubah menjadi boneka penghibur bagi semua kalangan, termasuk anak-anak.

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar